PROBOLINGGO – Isu pencemaran udara di Kota Probolinggo kembali ramai dibicarakan publik, kali ini lewat unggahan video dan komentar-komentar warga di platform TikTok. Sebuah video yang diunggah akun @portaljatim memperlihatkan kondisi lingkungan di sekitar kawasan industri yang diduga menjadi sumber bau menyengat.
Video tersebut langsung viral dan memancing reaksi puluhan warganet, terutama mereka yang mengaku pernah tinggal, melintas, atau bekerja di sekitar area Kelurahan Kedungasem, Jrebeng, dan Sumbertaman.
Komentar Warga: Dari Sesak Napas hingga Pindah Rumah
Berikut beberapa komentar warganet yang menarik perhatian:
🔹 @PREMAN INSYAF:
🔹 @fatmawatitaslim6:😡😡”
🔹 @ISTRI ABU UBAIDAH:
🔹 @iki niki cak 🔥:
🔹 @Mirza🍧🍰:
Komentar-komentar ini menambah daftar panjang kesaksian warga terkait gangguan bau yang diduga berasal dari aktivitas pengolahan limbah di sebuah pabrik di kawasan Kedungasem.
Redaksi: Sudah Pernah Dilaporkan, Tapi Belum Ada Solusi Permanen
Sebelumnya, masalah ini juga pernah ramai di Facebook dan diberitakan berbagai media lokal. Pada tahun 2017, pabrik yang sama pernah dikenai sanksi administratif oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berupa penghentian sementara operasional setelah ditemukan 21 pelanggaran teknis.
Namun, hingga kini, laporan warga masih terus bermunculan, menunjukkan bahwa solusi jangka panjang belum benar-benar tercapai.
Desakan Warga: Pemkot dan DLH Harus Tanggap
Seiring viralnya keluhan warga di media sosial, muncul pula desakan agar Wali Kota Probolinggo, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan pihak terkait tidak tinggal diam.
Redaksi Buka Ruang Klarifikasi
Hingga berita ini ditayangkan, pihak perusahaan yang diduga sebagai sumber keluhan belum memberikan tanggapan resmi. Redaksi PortalJatim membuka ruang hak jawab dan klarifikasi kepada perusahaan, instansi pemerintah, maupun pihak terkait.
📩 Ingin ikut menyuarakan atau mengirim dokumentasi?
Email:
Penulis: Tim Investigasi Jatim
Editor: A. Munif
Sumber: TikTok @portaljatim, komentar publik, dokumentasi warga
🛡️ Catatan: Artikel ini ditulis berdasarkan testimoni terbuka dari warga yang dipublikasikan di media sosial. Redaksi menghormati asas keberimbangan dan mengundang semua pihak yang disebut untuk menyampaikan hak jawab.